A. LATAR BELAKANG
Teori
graf merupakan pokok bahasan yang sudah lama tapi sampai sekarang masih
memiliki terapan di berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu
contohnya adalah penggunaan pewarnaan graf pada pengaturan lampu lalu lintas di
perempatan jalan dan pembuatan peta.
Masalah pembuatan lampu lalu
lintas dapat dimodelkan dalam bentuk graf Apabila sebuah peta yg menggambarkan
suatu daerah yg di dalamnya banyak terdapat objek-objek diskrit, dimana kita
dapat menggambarkan dengan baik agar lebih mudah di pahami oleh pengguna peta
dengan menggunakan metode graf , pewarnaan graf dalam pengaturan warna lampu
lalu lintas di perempatan jalan sehingga mencegah terjadinya tabrakan di
perempatan jalan tersebut, penyusunan jadwal matakuliah,jadwal shift kerja dan
masih banyak persoalan-persoalan unik lain yg dapat kita selesaikan dengan
metode graf.
B. TUJUAN
Pewarnaan graf ini bertujuan untuk
menyelesaikan permasalahaan terhadap pengaturan warna lampu lalu lintas pada sebuah perempatan jalan. Pada
perempatan jalan tersebut terdapat 4 buah lampu lalu
lintas. Nyala lampu lalu
lintas diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi tabrakan antar
kendaraan yang melintas di jalan tersebut. Untuk pengaturan warna lampu lalu
lintas yang menyala dapat diselesaikan dengan teknik pewarnaan graf.
C. ALGORITMA
WELCH-POWELL
Algoritma
Powell-Welch adalah suatu langkah yang digunakan dalam pewarnaan graf.
Algoritma ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu :
1. Mula-mula
kita urutkan semua simpul berdasarkan derajatnya, dari derajat besar ke derajat
kecil.
2. Ambil warna
pertama, dan warnai simpul pertama yang berderajat terbesar.
3. Kemudian
warnai simpul berikutnya yang tidak berdampingan, terus menerus, berdasarkan
urutan derajatnya dari yang terbesar hingga yaang terkecil.
4. Kemudian
kita lanjutkan dengan warna kedua dan seterusnya, sampai semua simpul telah
diberi warna.
D. PEMBAHASAN
Pewarnaan
graf (graph coloring) adalah kasus khusus dari pelabelan graf. Pelabelan
disini maksudnya, yaitu memberikan warna pada titik-titik pada batas tertentu.
Ada tiga macam pewarnaan graf :
1. Pewarnaan
simpul
Pewarnaan simpul (vertex coloring) adalah memberikan
warna yang pada simpul-simpul suatu graf
sedemikian sehingga tidak ada dua simpul bertetangga mempunyai warna yang sama
Gambar 4. Contoh
pewarnaan simpul
2. Pewarnaan
sisi
Pewarnaan sisi (edge coloring) adalah memberikan warna
berbeda pada sisi yang bertetangga sehingga tidak ada dua sisi yang bertetangga
mempunyai warna yang sama
Gambar
5. Contoh pewarnaan sisi
3. Pewarnaan
bidang
Pewarnaan bidang adalah memberi warna pada bidang sehingga
tidak ada bidang yang bertetangga mempunyai warna yang sama. Pewarnaan bidang hanya
bisa dilakukan dengan membuat graf tersebut menjadi graf planar terlebih
dahulu. Graf planar adalah graf yang dapat digambarkan pada bidang datar dengan
sisi-sisi yang tidak saling memotong (bersilangan), seperti yang ditunjukkan
gambar di bawah ini.
Gambar 6. Contoh
graf planar
Setelah
terbentuk graf planar, lalu memberikan warna berbeda untuk setiap bidang yang
berdekatan. Dan jumlah warna yang digunakan harus sedikit mungkin.
Gambar 7. Contoh
pewarnaan bidang
Dalam
pewarnaan graf, jumlah warna yang digunakan untuk mewarnai simpul, sisi, maupun
bidang diusahakan sesedikit mungkin. Jumlah warna minimum yang dapat digunakan
tersebut disebut bilangan kromatik graf G, disimbolkan dengan χ(G).
Suatu graf G yang mempunyai bilangan kromatis k dilambangkan
dengan χ(G) = k.
CONTOH
:
PENGATURAN WARNA PADA LAMPU LALU LINTAS MENGGUNAKAN GRAF
Sudah
disebutkan sebelumnya bahwa sampai saat ini, teori graf masih diterapkan di
berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya aplikasi pewarnaan
graf dalam pengaturan warna lampu lalu lintas di perempatan jalan sehingga
mencegah terjadinya tabrakan di perempatan jalan tersebut.
Gambar 8. Lampu
lalu lintas perempatan jalan
Seperti
yang ditunjukkan pada gambar diatas, sebuah perempatan jalan mempunyai 4 buah
lampu lalu lintas. Lampu lalu lintas pada jalan B dan F menyala bersamaan.
Lampu lalu lintas pada jalan D dan H juga menyala bersamaan.
Dalam
perempatan jalan tersebut diketahui jika lampu di jalan B dan F menyala hijau
maka jalur yang boleh digunakan adalah dari B ke E, F ke A. selain itu jalur
langsung belok kiri juga diperbolehkan, yaitu dari B ke C, dan F ke G.
Jika di jalan D
dan H lampu hijau menyala maka jalur yang boleh digunakan untuk melintas adalah
jalur dari D ke E, D ke G, H ke A, dan H ke C. Dalam kondisi ini, jalur
langsung belok, kiri juga diperoblehkan.
Untuk
menyelesaikan permasalahan pada pembuatan lampu lalu lintas pada sebuah
perempatan jalan, maka hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
menentukan jalur mana yang bisa berjalan dengan memberi lampu hijau di tempat
tertentu dan member lampu merah agar kendaraan pada lintasan yang lain berhenti
sehingga tidak terjadi tabrakan.
Gambar 9. Jalur di
perempatan jalan
Diketahui
bahwa jalur yang bisa digunakan untuk melintas adalah dari B ke C, B ke E, D ke
E, D ke G, F ke G, F ke A, H ke A, dan H ke C. Setelah mengetahui jalur mana
saja yang bisa dilewati, berikut langkah-langkah untuk mengatur lampu lalu
lintas menggunakan graf.
1. Membuat
simpul-simpul sebagai tanda dari semua jalur yang bisa dilewati dalam
perempatan jalan. Letak dari simpul-simpul tersebut bebas, tidak ada aturan
tertentu untuk mengharuskan simpul harus diletakkan di posisi mana karena hal
itu tidak terlalu berpengaruh.
Gambar
10. Simpul-simpul dari jalur jalan
2. Menentukan
sisi untuk menghubungkan 2 simpul yang saling melintas atau berseberangan.
Untuk memudahkan hal ini, carilah simpul-simpul yang menunjukkan jalur mana
saja yang akan bertabrakan jika semua lampu lalu lintas berwarna hijau. Pada
Gambar 9 terlihat bahwa jalur BE dan DG, BE dan HC, FA dan DG, FA dan HC saling
berseberangan. Karena BE dan DG berseberangan, maka kedua simpul tersebut
dihubungkan dengan garis yang disebut sisi. Setelah itu, simpul-simpul lain
yang saling berseberangan juga dihubungkan dengan sebuah sisi.
Gambar
11. Graf jalur jalan
3. Setelah
menghubungkan semua simpul (jalur) yang saling berseberangan, langkah
selanjutnya
yang harus
dilakukan adalah memberi warna pada masing-masing simpul dengan ketentuan
pemberian warnanya sebagai berikut
·
Menggunakan jumlah warna sedikit mungkin
·
Simpul yang bertetanggaan (terhubung dengan
sisi) tidak boleh berwarna sama
·
Memberi warna yang sama pada simpul yang tidak
terhubung secara langsung
·
Simpul yang tidak terhubung dengan sisi (simpul
terpencil), berarti jalur tersebut boleh berlaku lampu lalu lintas berwarna
hijau terus.
·
Warna yang digunakan bebas.
Gambar 12. Pewarnaan
pada simpul graf
Berdasarkan
gambar diatas, semua simpul telah diwarnai sesuai ketentuan pewarnaan pada
graf.
Graf
diatas memiliki bilangan kromatis 3 (χ(G) = 3) karena jumlah minimum
warna yang digunakan sebanyak 3 simpul FA dan BE berwarna sama yaitu hijau
karena keduanya tidak terhubung/bertetanggaan. Tapi simpul DG dan HC terhubung
dengan simpul FA dan BE sehingga harus diberi warna yang berbeda yaitu warna
merah. Sementara simpul HA, BC, DE, FG diberi warna sama yaitu kuning karena
simpul-simpul tersebut adalah simpul terpencil yang tidak terhubung dengan
simpul lain dan itu berarti bahwa jalur-jalur dari simpul tersebut tidak ada
yang saling melintas sehingga keempat jalur itu bisa berlaku lampu hijau terus.
4.
Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan
simpul-simpul tersebut berdasarkan kesamaan warna.
·
Merah = DG dan HC
·
Hijau = BE dan FA
·
Kuning = BC, DE, FG, dan HA
Dari
pengelompokkan tersebut diperoleh 2 kondisi untuk lampu lalu lintas di
perempatan jalan
Lampu Merah
|
DG, HC
|
Lampu Hijau
|
BE, FA, BC, DE,
FG, HA
|
Tabel
1. Kondisi lampu lalu lintas 1
Lampu Merah
|
BE, FA
|
Lampu Hijau
|
DG, HC, BC, DE,
FG, HA
|
Tabel
2. Kondisi lampu lalu lintas 2
Berdasarkan
tabel-tabel diatas, lampu merah berarti bahwa jalur tidak boleh digunakan untuk
melintas, sedangkan lampu hijau menunjukkan bahwa jalur bisa digunakan untuk
melintas.
Pada Tabel 1, jika
di jalan D dan H lampu merah menyala maka jalur DG dan HC tidak boleh
digunakan. Disaat yang bersamaan di jalan B dan F lampu hijau menyala sehingga
jalur BE dan FA boleh digunakan. Karena langsung belok kiri juga diperbolehkan,
maka jalur BC, DE, FG, HA juga bisa digunakan untuk melintas.
Hal-hal tersebut
juga berlaku untuk Tabel 2, ketika di jalan B dan F lampu merah menyala maka di
jalan D dan H lampu hijau akan menyala. Sehingga jalur-jalur yang bisa
digunakan antara lain DG, HC, BC, DE, FG, dan HA.
E. KESIMPULAN
Teori
graf merupakan pokok bahasan yang sudah lama tapi sampai sekarang masih
memiliki terapan di berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu
contohnya adalah penggunaan pewarnaan graf pada pengaturan lampu lalu lintas di
perempatan jalan.
Masalah pembuatan
lampu lalu lintas dapat dimodelkan dalam bentuk graf. Untuk mencari solusi dari
permasalahan pengaturan warna lampu lintas dapat digunakan teknik pewarnaan
simpul pada graf.
Untuk penyelesaian
dari pengaturan warna pada lampu lalu lintas di perempatan jalan, jumlah
minimum warna yang digunakan untuk pewarnaan simpul adalah 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar